Ada banyak sekali pengetahuan di dunia ini, baik yang bersifat
materi maupun non-materi. Pengetahuan materi lebih bersifat real, seperti benda
yang dapat dilihat disentuh dan pada intinya dapat diindera. Sedangkan
pengetahuan yang immateri atau non-materi
antara lain Tuhan, malaikat dan
semua yang bersifat gaib yang tidak dapat di eksperimen. Namun
dengan bantuan kitab suci setiap pemeluk agama lebih mudah untuk berusaha
memahami yang immateri tersebut. Setiap agama memiliki pedoman hidup sendiri-sendiri. Sehingga
pemahaman
terhadap Tuhan pun berbeda-beda.
Pengetahuan manusia tentang Tuhanpun terbatas, karena baik indera
manusia atau akal itu terbatas, sehingga untuk mempermudah setiap umatnya
memahami Tuhan Tuhan memberikan bantuan berupa
kitab suci atau firmanNya. Dari firman inil terciptalah doktrin. Doktrin tiap agama berbeda-beda. Tetapi untuk
sebagian orang, doktrin tidak menjadi begitu utama ketika ia mencari Tuhan
(salik) atau bahkan diabaikan. Keinginan untuk mengetahui “wujud”
Tuhan yang sesungguhnya bahkan menjadikan orang
sampai melupakan eksistensinya sebagai manusia. Perdebatan tentang Tuhan pun
senantiasa menjadi perdebatan panas setiap pemeluk agama. Bahkan dalam salah
satu bukunya Karen amstrong memberi judul “Masa Depan Tuhan”? buku itu menjelaskan tentang bagaimana kaum
agamawan, terutama, melihat Tuhan dimasa yang akan datang. Untuk sebagian orang,
Tuhan itu, dianggap, diciptakan manusia –yang
mana
pendapat ini berseberangan
dengan mayoritas yang dipercaya orang penganut agama.
Akibatnya, Tuhan menjadi sacral sekaligus profan. Kesakralan Tuhan terdapat di
setiap pemeluk agama yang taat menjalankan agamanya dan menganggap Tuhan
sebagai sesuatu yang susah untuk
dilogikakan atau dimaterialkan, sedangkan menjadi profane buat kaum atheis yang
menganggap tuhan telah “mati” seiring berkembangnya teknologi. Keinginan setiap
pemeluk agama untuk memahami Tuhan tidak jarang mengantarkan mereka ke jurang
“kemunafikan”, dan kadang juga ke jalan lurus.
Keingintahuan tentang siapa Tuhan yang “sebenarnya” dalam arti radik seringkali
menjadi bomerang bagi dirinya sendiri. Dan tidak jarang menghasilkan perpecahan
dalam kelompoknya. Hal inilah yang seharusnya menjadi perhatian umat beragama.
Jomblo, 2 des 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar