2013-04-01

Pengetahuan dan Keinginan



Ada banyak sekali pengetahuan di dunia ini, baik yang bersifat materi maupun non-materi. Pengetahuan materi lebih bersifat real, seperti benda yang dapat dilihat disentuh dan pada intinya dapat diindera. Sedangkan pengetahuan yang immateri atau non-materi antara lain Tuhan, malaikat dan semua yang bersifat gaib yang tidak dapat di eksperimen. Namun dengan bantuan kitab suci setiap pemeluk agama lebih mudah untuk berusaha memahami yang immateri tersebut. Setiap agama memiliki pedoman hidup sendiri-sendiri. Sehingga pemahaman terhadap Tuhan pun berbeda-beda.
Pengetahuan manusia tentang Tuhanpun terbatas, karena baik indera manusia atau akal itu terbatas, sehingga untuk mempermudah setiap umatnya memahami Tuhan  Tuhan memberikan bantuan berupa kitab suci atau firmanNya. Dari firman inil terciptalah doktrin. Doktrin tiap agama berbeda-beda. Tetapi untuk sebagian orang, doktrin tidak menjadi begitu utama ketika ia mencari Tuhan (salik) atau bahkan diabaikan. Keinginan untuk mengetahui wujud Tuhan yang sesungguhnya bahkan menjadikan orang sampai melupakan eksistensinya sebagai manusia. Perdebatan tentang Tuhan pun senantiasa menjadi perdebatan panas setiap pemeluk agama. Bahkan dalam salah satu bukunya Karen amstrong memberi judul “Masa Depan Tuhan? buku itu menjelaskan tentang bagaimana kaum agamawan, terutama, melihat Tuhan dimasa yang akan datang. Untuk sebagian orang, Tuhan itu, dianggap, diciptakan manusia yang mana pendapat ini berseberangan dengan mayoritas yang dipercaya orang penganut agama.
Akibatnya, Tuhan menjadi sacral sekaligus profan. Kesakralan Tuhan terdapat di setiap pemeluk agama yang taat menjalankan agamanya dan menganggap Tuhan sebagai sesuatu yang susah untuk dilogikakan atau dimaterialkan, sedangkan menjadi profane buat kaum atheis yang menganggap tuhan telah “mati” seiring berkembangnya teknologi. Keinginan setiap pemeluk agama untuk memahami Tuhan tidak jarang mengantarkan mereka ke jurang “kemunafikan”, dan kadang juga ke jalan lurus. Keingintahuan tentang siapa Tuhan yang “sebenarnya” dalam arti radik seringkali menjadi bomerang bagi dirinya sendiri. Dan tidak jarang menghasilkan perpecahan dalam kelompoknya. Hal inilah yang seharusnya menjadi perhatian umat beragama.   
Jomblo, 2 des 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar