2013-03-27

Materi Jadi Standarisasi, Kualitas Tak Lagi Berarti

Mungkin itulah kalimat yang sederhana untuk mengungkapkan jalannya konggres HMI ke-XXVIII di jakarta yang hingga kini tak jelas arahnya. Konggres yang dibuka di Hotel Borobudur jumat lalu (15/3) dilanjutkan di Asrama Haji Pondok Gedhe Jakarta. Dalam acara tersebut dihadiri  seluruh cabang HMI dari bumi nusantara. Mulai dari Aceh hingga Papua. Rombongan-demi rombongan silih berganti, dari yang resmi hingga romli (singkatan untuk rombongan liar) menghuni tempat yang telah disediakan oleh panitia. Bahkan diperkirakan lebih dari 10.000 orang yang menghadiri jalannya konggres tersebut.
Jalannya konggres pun tak kalah jauh dari pemilihan dewan maupun gubernur yang pernah ada. Kericuhan hingga pembakaran barang-barang tak terelakkan. Kursi peserta konggres dilahap kobaran api hingga tinggal kerangka besi. Kaca pun pecah berserakan. Teriakan-teriakan manusia, jeritan-jeritan melengking mewarnai jalannya acara. Sudah seminggu acara berlalu, namun belum ada titik temu.
Entah berapa hari lagi acara semacam ini harus dilaksanakan. Menghabiskan tenaga, dana dan kekuatan. Bukan hanya argumen yang dipertentangkan, fisik pun diadu dengan segenap kekuatan. Proses seperti inikah yang akan menciptakan anak-anak zaman? Saya rasa tidak, bukannya solusi yang didapatkan tetapi aib yang semakin meradang. Menyerang sendi-sendi organisasi yang sudah minim independensi. Militansi digugat, dicaci dan dimaki. Tinggal menunggu takdir dari yang ilahi –kala ikhtiar hanya menjadi alibi.
Mungkin benar apa yang pernah diungkapkan, organisasi ini tidak butuh banyak pecundang. Hanya butuh ratusan pejuang berani tuk mengubah jalannya arah negeri. Sebagaimana yang dicita-citakan pendiri HMI. Membalik takdir dengan ikhtiar, dan meraih kesuksesan dengan totalitas keilmuan. Namun, bukannya ilmu yang jadi perjuangan, tetapi syahwat-syahwat bejatlah yang jadi panutan. Itulah akhir dari sebuah perjuangan, kala tujuan diluluhlantahkan oleh kepentingan-kepentingan. Materi jadi standarisasi,  kualitas tak lagi berarti.
                                                                                                                 Pondok Gedhe, 23 Maret 2013.
                                                                                                                                By SeA
                                                                                                                 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar