2013-05-06

Teologi Dialektis Karl Barth

Teologi dialektis merupakan sebuah teologi yang bertujuan untuk menjelaskan tentang pengontrasan relasi Tuhan dan manusia. Teologi dialektis dikenal juga dengan sebutan teologi neo-ortodoksi. Neo-ortodoksi merupakan suatu reaksi terhadap kegagalan dari liberalisme. Sebutan neo-ortodoksi berkaitan dengan "ortodoksi baru" yang mengimplikasikan kembalinya pada kepercayaan Kristen ortodoksi setelah hampir dua abad berlangsungnya liberalisme.  
Teologi ini dibangun oleh Soren Kierkegaard (1813-1855), seorang filsuf dan teolog Denmark –meskipun tidak bisa dikatakan semua karena jerih payahnya– namun ia memberikan sumbangan yang cukup berarti sebagai basis yang nantinya dikembangkan oleh penerusnya, yakni Karl Barth –pemikiran Barthlah yang sebenarnya merupakan bangunan utuh dariu teologi ini.
Kierkegaard mengajarkan bahwa kehidupan bukan hanya sekadar mempercayai doktrin-doktrin, tetapi juga meliputi pengalaman dan komitmen. Kierkegaard mengajarkan transendensi dari Tuhan dan bahwa adalah sukar untuk manusia mengenal Tuhan. Manusia harus mengambil "loncatan iman" untuk menemukan Tuhan. Teologi Kierkegaard (juga dikenal sebagai "teologi keputusasaan") menandai kelahiran dari eksistensialisme, penekanan pada pengalaman pribadi sebagai standar dari realitas.
Karl Barth (1886-1968) mengikuti Kierkegaard dalam mengakui ketrasendenan Tuhan dan menekankan pengalaman beragama. Barth mengajarkan bahwa Tuhan tidak dapat diketahui secara objektif karena la adalah transenden; la harus diketahui secara subjektif melalui pengalaman. Dan tulisan ini, akan difokuskan ke sosok Barth dan pemikirannya.

Biografi Karl Barth
Karl Barth (10 Mei 188610 Desember 1968) adalah seorang teolog Kristen Hervormd yang berpengaruh. Barth dilahirkan di BaselSwiss dan menghabiskan masa kanak-kanaknya di Bern. Ia lahir dari seorang ayah beranama Fritz Barth (profesor Perjanjian Baru dan sejarah gereja mula-mula di Bern) dan seorang ibu, Anna Sartorius. Ia belajar di universitas-universitas terbaik: Bern, Berlin, Tübingen, dan Marburg di bawah pengajaran teolog liberal yang terkenal seperti Adolph von Harnack dan Wilhelm Herrmann. Meskipun Barth tidak didukung oleh ayahnya, ia tertarik pada pengajaran Harnack dan secara khusus menjadi tertarik pada teologi pengalaman dari Schleiermacher. Di Berlin ia belajar dari tokoh-tokoh liberal terkenal, yang mengajarkan Kekristenan yang lebih berfokus pada kebapaan Tuhan dan persaudaraan umat manusia.
Pada tahun 1909-1911 Barth melayani Gereja di Jenewa, Swiss, dan 1911 hingga 1921 ia melayani sebagai seorang pendeta Hervormd di desa Safenwil di kanton Aargau. Belakangan ia menjadi profesor teologi di Bonn (Jerman). Ia harus meninggalkan Jerman pada 1935 setelah ia menolak mengucapkan sumpah kesetiaan kepada Adolf Hitler. Barth kembali ke Swiss dan menjadi profesor di Basel.
Barth mulanya belajar dalam tradisi Liberalisme Protestan Jerman di bawah asuhan guru-guru seperti Wilhelm Herrmann, namun ia bereaksi terhadap teologi ini pada masa Perang Dunia I. Reaksinya didorong oleh sejumlah faktor, termasuk komitmennya terhadap gerakan Sosialis Religius Jerman dan Swiss di sekitar orang-orang seperti Herrmann Kutter, pengaruh gerakan Realisme Alkitab di sekitar orang-orang seperti Christoph Blumhardt, dan dampak dari filsafat skeptis dari Franz Overbeck.
Pada dekade setelah Perang Dunia I, Barth terkait dengan sejumlah teolog lainnya, yang sesungguhnya sangat berbeda-beda pandangannya, yang bereaksi terhadap liberalisme guru-gurunya, dalam sebuah gerakan yang dikenal sebagai "Teologi Dialektis" (bahasa Jerman: Dialektische Theologie). Para anggota lain dari gerakan ini termasuk Rudolf BultmannEduard ThurneysenEmil Brunner, dan Friedrich Gogarten.
Pada tahun 1921, Barth diundang untuk melayani sebagai dosen teologi Reformasi di Universitas Gottingen. Barth mengajar bukan hanya tentang tradisi Reformasi, melainkan juga memberikan eksposisi kitab-kitab di Alkitab. Dari tahun 1925 sampai 1930, Barth mengajar di Munster, di mana ia juga mulai menulis kedua belas Jilid Church Dogmatics-nya yang terkenal itu –merupakan magnum opus-nya. Setelah itu Barth mengajar di Bonn dari 1930 sampai 1935, tetapi ketika ia menolak untuk setia pada Hitler, ia dipaksa untuk keluar dari Jerman dan Barth kembali ke Basel. Di Basel Barth mengajar sampai pension tahun 1962.

Pemikiran dan Karya Barth
Pada tahun 1918 lahirlah Commentary on the Epistle to the Romans, yang merupakan respon terhadap kondisi realitas disekitarnya yang materealistik, terutama Swiss pada waktu itu. Kecemasan kelemahan moral teologi liberal juga berperan penting dalam lahirnya tulisan ini. Barth memaparkan tentang kedaulatan mutlak dan kemerdekaan sempurna Allah dalam memprakarsai pewahyuan di dalam Yesus Kristus. "Kasih Allahlah yang menyadari perbedaan kualitatif antara Allah dan manusia dan antara Allah dan dunia," tulisnya. Banyak teolog yang percaya bahwa karya ini merupakan risalat teologis yang paling penting sejak buku Friedrich Schleiermacher On Religion: Speeches to its Cultured Despisers (Tentang Agama: Pidato kepada Para Pencemoohnya yang Beradab).
Dalam hal Bibliografi, ia mensejajarkan Alkitab dengan Firman Tuhan. Barth menolak pemahaman tentang suatu tulisan Firman yang tanpa salah, yang disebut sebagai konsep "paus kertas", bagi Barth para penulis Kitab Suci hanya sekadar berkaitan pada pengalaman mereka berkaitan dengan wahyu Tuhan, Dalam membaca catatan mereka, seseorang juga dapat mengalami wahyu Tuhan.
Barth mengkategorikan Firman Tuhan ke dalam tiga wilayah, (1) "Firman yang diwahyukan" adalah Tuhan menyatakan diri-Nya sendiri dengan berbicara pada para rasul dan para nabi, (2) "Firman yang tertulis" adalah deposit wahyu yang dibuat oleh manusia, karena manusia yang menulis Alkitab, maka hal itu tidak dapat disejajarkan dengan Firman Tuhan, (3) "Firman yang dikhotbahkan" adalah proklamasi dari Firman, dan pada waktu anugerah Tuhan memasuki seseorang, maka Alkitab menjadi Firman Tuhan.
Keseriusan Barth terhadap Alkitab inilah yang kemudian melahirkan karya pentingnya, yaitu Dogmatika Gereja (bahasa Jerman: "Die Kirchliche Dogmatik") yang terdiri dari 13 jilid. Dogmatika Gereja Barth menjadi menarik karena ia ditulis menggunakan Alkitab, bukan filsafat liberal sebagai dasarnya –sebagaimana yang dilakukan oleh bnyak teolog semasanya. Meskipun demikian, ia tidak percaya bahwa kebenaran dapat dinyatakan dalam propasisi doctrinal, menurutnya, kebenaran-kebenaran adalah perjumpaan melalui pernyataan Allah sendiri di dalam Kristus.
Dogmatika Gereja merupakan puncak dari keberhasilan Barth sebagai seorang teolog. Rangkaian tulisan ini dianggap sebagai salah satu karya teologis yang terpenting dari segala zaman. Barth mulai menulis Dogmatika itu pada 1932, dan terus mengerjakannya hingga ajal menjemputnya pada 1968.

Sekitar kristologi
            Barth menekankan sentralitas dari Yesus Kristus dalam teologinya. Kristus harus menjadi titik awal dan pusat dari teologi. Menurut Barth, tanpa Kristus maka tidak ada pewahyuan. Injil dimulai dengan ketetapan kekal, pemilihan Yesus Kristus. Barth mengajarkan bahwa predestinasi adalah pemilihan terhadap Yesus Kristus. Kristus adalah Allah yang memilih dan manusia yang dipilih, Pemilihan Kristus berarti pemilihan dari komunitas. Dalam pembahasannya tentang pemilihan ganda, Barth mengajarkan bahwa Allah dan Kristus mengampuni dengan menanggung konsekuensi dosa yang seharusnya ditanggung oleh manusia –hal inilah yang kemudian sering mendapat kritikan dari teolog lain karena condong ke fagam universalisme, yaitu suatu kepercayaan di mana semua umat manusia pada akhirnya akan diselamatkan. pada saat yang sama, umat manusia dipilih dan mendapatkan keselamatan dan partisipasi dalam kemuliaan Allah. Barth menunjuk pada pemilihan komunitas seperti Israel yang menolak pemilihan atas dirinya dan seperti gereja yang adalah dasar dari pemilihan. Ia akhirnya menjelaskan pemilihan individu, "yang lain" –sebagaian besar di mana tidak ada pengecualian. universalisme, Karena Kristus telah menanggung dosa semua orang, maka semua orang tidak lagi ditolak.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar