2013-09-24

Ilmu Sosial Profetik

Munculnya istilah ini tidak bisa dilepaskan dari pencetusnya, Prof. Dr. Kuntowijoyo, seorang sejarawan dan juga sastrawan yang empiris dan juga religius. ISP biasa disingkat begitu, merupakan respon  pak Kunto terhadap Teologi Transformatifnya Moelim Abdurahman. 
Ada tiga term yang digunakan oleh Kunto dalam ISP-nya. Yaitu, Liberasi, Humanisasi dan Transendensi. karena term diatas juga Kunto dianggap bukan pemikir murni tetapi hanya penjiplak Neo-Marxis. Tetapi ketika ditelisik lebih jauh, ada hal lain yang membedakannya dengan Neo-Marxisme yaitu ketika Kunto memasukan Transendensi ke dalam ISP. inilah yang menunjukan bahwa Kunto bukan penjiplak. 
ISP dipengaruhi oleh dua pemikir besar, yaitu Roger Jarandi (kalo tidak salah tulisannya seperti itu), seorang Muslim Barat yang menulis Janji-Janji Islam dan Syech Jabar tentang Profetiknya (Syech Jabar menulis tentang pengalaman Isra' Mi'raj Nabi Muhammad). Terinspirasi dari dua pemikir inilah lahir ISP. 
Kunto selalu menginginkan umat Islam beralih dari pola pikir subjectif-normatif ke arah objectif-empiris. Artinya, umat Islam bukan hanya mengutamakan normatifitas belaka tetapi juga memberikan efek sosial secara empiris. Kunto memberikan contoh seperti Zakat. Zakat disamping mengandung point normatif berupa mensucikan harta, ia juga membawa dampak empiris berupa memeratakan dan mensejahterakan umat.
Pasca Kunto, terjadi kemandekan ilmu sosial di Indonesia. Hal inilah yang sekiranya harus disikapi secara tepat jika tidak akan semakin berbahaya bagi negeri ini. Karena hal ini menjadikan kita semakin konsumtif dalam ilmu pengetahuan. "selama kita masih konsumtif kita akan selamanya dijajah".


tulisan ini merupakan releksi singkat 70th Alm. Kuntowijoyo yang dilaksanakan di Gedung AR Fakhrudin A UMY pada hari selasa, 24 September 2013.